HUBUNGAN POLA MAKAN DAN POLA MENSTRUASI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI

Oleh : Fina Faradila Ramadhanti
Mahasiswa Prodi Gizi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
Anemia adalah keadaan di mana terjadi penurunan jumlah masa eritrosit yang ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan hitung eritrosit. Anemia rawan terjadi pada remaja putri, hal ini dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Anemia yang terjadi pada remaja putri merupakan risiko terjadinya gangguan fungsi fisik dan mental, serta dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada saat kehamilan nantinya. Melansir dari data hasil Riskedas tahun 2013 tercatat kasus anemia yang terjadi pada remaja yaitu sebesar 37,1%, dalam hal ini Indonesia mengalami peningkatan menjadi 48,9% pada Riskesdas 2018, dengan proporsi anemia ada di kelompok umur 15- 24 tahun dan 25- 34 tahun. WHO juga menyatakan bahwa Indonesia menempatkan peringkat ke 8 dari 11 negara di Asia dengan mencapai 7,5 juta orang. Dinas kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengungkapkan kasus anemia di Bangka Belitung pada tahun 2020 sebanyak 2.539 orang (8,9%). Bangka Selatan menempati posisi kedua terendah setelah Belitung Timur yaitu sebesar 84,86%.
          Hal ini tentunya harus menjadi perhatian yang serius terutama oleh pemerintah Bangka Belitung. Terlebih masalah anemia sendiri dinilai sebagai masalah yang sangat serius terhadap kesehatan Masyarakat terutama pada remaja putri. Dimana remaja putri yang sering kali menjaga penampilan, ingin kurus sehingga banyak banyak remaja putri yang membatasi konsumsi makan dengan mempertimbangkan untuk mengikuti diet dalam rangka mengubah bentuk tubuh mereka, yang kurang memadainya asupan makanan sumber Fe, sedangkan kebutuhan Fe pada remaja putri meningkat karena kehilangan darah saat menstruasi.
          Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baiq Nurlaily Utami dkk pada tahun 2015, menunjukkan bahwa adanya hubungan pola makan terhadap kejadian anemia pada remaja putri yang disebabkan pola makan rendah kandungan besi dan vitamin, khususnya folat, gangguan iintestinal yang akan mempengaruhi absorbsi zat-zat gizi ke dalam tubuh. Seperti konsumsi telur ataupun sayura hijau yang mengandung asam folat serta kaya akan vitamin.
         Sama halnya pola menstruasi juga menunjukkan hubungannya dengan kejadian anemia pada remaja putri. Ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya stress, perubahan berat badan dan keluhan menstruasi. Siklus menstruasi bisa dikatakan normal jika jarak antara hari pertama keluarnya darah dan bulan berikutnya selang wakktu 21-35 hari. Lamanya menstruasi dapat mempengaruhi anemia, dimana terjadi pengeluaran darah dari dalam tubuh yang banyak sehingga mengakibatkan pengeluaran besi meningkat dan keseimbangan zat besi dalam tubuh terganggu.
 Perlu diketahui bahwa mencegah anemia pada remaja putri merupakan hal yang sangat penting, dimana nantinya Wanita yang menderita anemia dan hamil akan menghadapi banyak resiko seperti melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, mengalami penyulit lahirnya bayi karena Rahim tak mampu berkontraksi dengan baik ataupun tidak mampu meneran, pendarahan setelah persalinan yang sering berakibat kematian. Diperlukan Pendidikan kesehatan pada remaja putri sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dalam upaya pencegahan anemia yang akan membawa dampak positif pada perilaku yang tepat.
         Dengan ini disimpilkan jika ternyata banyaknya kasus kejadian anemia pada remaja salah satunya dipengaruhi oleh pola makan dan pola menstruasi. yang mana remaja terlalu memikirkan penampilan yang ingin terlihat kurus sehingga tidak memperhatikan pola makan yang mengakibatkan dirinya mengalami anemia terutama zat besi. Sedangkan remaja putri mengalami menstruasi yang berarti akan kehilangan darah setiap bulannya yang artinya membutuhkan asupan zat besi dua kali lipat dari biasanya saat menstruasi. Dengan itu mari bekerja sama untuk tetap memperhatikan pola makan yang sehat agar angka kejadian anemia mengalami penurunan terumatama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung!

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *